BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mendengarkan merupakan cara memperoleh informasi
disamping membaca. Banyak sekali informasi yang dapat diperoleh dari cara ini,
baik melalui penuturan orang secara langsung ataupun melalui media elektronik
seperti radio dan televisi.
Dari kegiatan tersebut kita dapat belajar tentang
cara menggunakan bahasa. Orang yang panadai dalam berbahasa, gagasannya akan
mudah kita pahami. Sementara itu, orang yang pembicaraannya tidak beraturan,
maka cenderung gagasannya itu sulit kita pahami.
Kecakapan seseorang dalam berbahasa, antaralain
tampak pada kalimat-kalimatnya yang serba efektif. Dengan kalimat yang efektif
itulah, informasi yang disampaikan mudah kita pahami dan tidak menimbulkan
salah pengertian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan kalimat efektif ?
2. Apa saja
yang menjadi syarat-syarat kalimat efektif ?
3. Bagaimana
ciri-ciri kalimat efektif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat
efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh
pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung
dengan sempurna sehingga isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis
tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh
pendengar/pembaca relatif sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
B. Syarat-syarat kalimat efektif
1) Secara tepat mewakili pikiran
pembicara/penulisnya.
2) Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
C. Ciri-ciri Kalimat Efektif
1.
Koherensi
(keutuhan)
Koherensi
(keutuhan) dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam
kalimat tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
a) Kami pun akhirnya saling memaafkan.
b) Saya pun akhirnya saling memaafkan.
c) Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan
rakyat itu.
d) Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan
rakyat itu.
Kalimat (a) dan (b) di atas
merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau kepaduan, sedangkan
kalimat (c) dan (d) tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saya
pada (b) sebagai subjek predikat verba saling memaafkan tidaklah
tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara
itu, pada kalimat (d) terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek
predikat verba berbondong-bondong. Predikat verba itu memiliki
cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2.
Kesejajaran
Kalimat
efekif mempersyaratkan adanya
kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran bentuk berhubungan dengan
struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna berkaitan dengan kejelasan
informasi yang diungkapkan.
a) Kesejajaran Bentuk
Kesejajaran
bentuk mengacu pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Kesejajaran
unsur-unsur kalimat itu akan memudahkan pemahaman pengungkapan pikiran.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
(3a) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat
(3a) memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya merupakan kalusa bentuk
pasif. Sementara itu pada kalimat (3b) ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada
ketitidak sejajaran bentuk kalusa pasif (dipilih) dan bentuk kalusa
aktif (menyetujui). Agar terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah
menjadi klausa pasif. Jika bentuk kalusa pertama pasif, bentuk klausa
berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif,
bentuk kalusa berikutnya aktif juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di
perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c)
Pemimpin unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran
bentuk juga perlu diperhatikan dalam kalimat yang mengandung perincian.
Perhatikan contoh berikut:
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
a) pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
b) utarakan maksud wawancara, dan
c) mengatur waktu wawancara.
Ketidaksejajaran
kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata pada awal rincian. Dalam
rincian yang pertama digunakan bentuk kata pertemuan (nomina);
dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba);
dalam perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur(verba). Agar
sejajar, kalimat (4) di perbaiki menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
a) mengatur pertemuan dengan orang yang
akan diwawancarai,
b) mengutarakan maksud wawancara, dan
c) mengatur waktu wawancara.
3. Kesejajaran
Makna
Kesejajaran
makna kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat. Perhatikan
contoh berikut ini .
(5) Saya tidak memperhatikan
dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
Kalimat seperti itu sering
terealisasi menjadi pernyataan negative (tidak memperhatikan )
digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai kepentingan).
Akibatnya, makna kalimat (5) tidak jelas. Seharusnya, pernyataan negative di
gabungkan dengan pernyataan negative pula atau sebaliknya. Dengan demikian,
kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut. (5a)
Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah
itu.
(5b) Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan
terhadap masalah itu.
4. Pemfokusan
Yang
dimaksud dengan pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat
tertentu. Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui
pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat
yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut.
(6) Piala
Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7) Sangat
memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara
beringas mereka menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh
diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang difokuskan atau
ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah subjeknya,
yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat, yaitu sangat
memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah keterangan, yaitu secara
beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak ada menonjol lagi kalau
susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya
piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a) Keadaan perekonomian
Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a) Mereka menyerbu pertokoan
itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan
dapat ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan,
seperti contoh berikut.
(9) Rajin
membaca dan rajin menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan
pandai membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan
kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada
kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena
berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat
saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan
(10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin
membaca dan menulis dapat menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai
bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
5. Penghematan
Kalimat
efektif ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan
penggunaan kata itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang
subyek yang sama, (b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan
kata secara hemat.
4.1 Penghilangan Subjek Berulang
Subjek
berulang terdapat dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara
maupun kalimat majemuk bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada
kalimat majemuk setara subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua,
ketiga, dan seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak kalimat
sama dengan subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(11) Dia
masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu
dia asyik membaca novel.
(11a) Dia masuk
ke ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik
membaca novel.
Kalimat
(11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar dengan
subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga kali
tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak
perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan
subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak
saya bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak
bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada
kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk
kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan
sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek
di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat
karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti
pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya
bertempat tinggal di Bogor, mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c)
* Mempunyai lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan Bentuk Ganda
Di dalam
pemakaian bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat
digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah
merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat
… sekali
amat
sangat
demi
untuk
hanya
… saja
Tiap-tiap
unsur pada pasangan di atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di
dalam sebuah kalimat. Oleh karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara
bersama-sama, terutama dalam bahasa tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan
contoh di bawah ini :
(13) Bantuan
untuk orang miskin itu adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang
mampu.
(13a) Bantuan untuk orang
miskin itu merupakan wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b) Bantuan untuk orang miskin itu
adalah wujud kepedulian social masyarakat yang mampu.
(14)
Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar supaya tidak terjadi
banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul
perlu digalakkan agar tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali
lahan gundul perlu digalakkan supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas
air tanah di daerah permukiman itu sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di
daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di
daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan
yang dibicarakannya amat sangat penting.
(16a) Persoalan yang
dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang
dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk
kepentingan rakyat banyak mereka rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan
rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(17b) Untuk kepentingan
rakyat banyak, mereka rela berkorban apa saja.
(18) Agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari
saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan
bentuk ganda tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan
struktur kalimat, contoh (13)- - (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah
kebahasan. Namun, dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda
itu mengandung kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan
adalah contoh (13a) - - (18a) dan (13b) - - (18b).
4.3 Penghematan Penggunaan Kata
Di dalam
bahasa Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa.
Katakaryawan,peserta, atau anak, misalnya, dapat bermakna
tunggal dan dapat pula bermakna jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks
pemakaiannya. Untuk menyatakan makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan
pengulangan atau penambahan kata yang menyatakan makna jamak, seperti para,
beberapa, sejumlah, banyak, atau segala. Kedua cara
pengungkapan makna jamak itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan
contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a)
Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b)
Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan
harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a)
Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b)
Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
6. Variasi
Penyusunan
kalimat perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan
efek yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting
seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi
urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang
mempertimbangkan nilai komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang,
kalimat melepas, dan kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat Berimbang
Yang
dimaksud dengan kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa
informasi yang kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya
adalah sebagai berikut.
(21) Fajar telah menyingsing dan burung-burung
pun mulai berkicau.
(22) Semua orang laki-laki bekerja di sawah,
sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat
(21) dan (22) masing-masing mengandung dua informasi. Informasi pertama pada
kalimat (21) adalah ‘fajar telah menyingsing’ dan informasi kedua
adalah ‘burung-burung pun mulai berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai
derajat yang sama. Agar kedua informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat
majemuk setara, bukan majemuk, bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat
itu juga mengandung dua informasi yang sama-sama penting. Informasi pertama
adalah ‘semua orang laki-laki bekerja di sawah’ dan informasi
kedua adalah ‘para istri mereka bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga
termasuk jenis kalimat majemuk setara. Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa
kalimat majemuk setara penjumlahan, sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat
majemuk setara pertentangan.
5.2 Kalimat Melepas
Kalimatmelepas
berbeda dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi yang
setara, sedangkan kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di
dalam kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi tambahan.
Informasi utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan
diletakkan pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan informasi tambahan itu
dilepas begitu saja. Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang
digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat.
Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di
atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.
(23) Fajar telah menyingsing saat
burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di
rumah.
Dengan
mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi yang
terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat
informasi itu dipisahkan oleh kata penghubung saat dan tatkala.
Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah
informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya,
yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih
rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat Berklimaks
Kalimat
berklimaks merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi
utamanya terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks
informasi utamanya terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat
(23) dan (24) di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat
burung-burung mulai berkicau, fajar menyingsing.
(24a)
Ketika para istri mereka bekerja di dapur, semua orang laki-laki bekerja di
sawah.
7. Kelogisan
Kelogisan
ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki
hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
(salah)
(25b) Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat
lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut. (salah)
(26b) Sebelum
meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut. (benar)
8. Kecermatan
Kecermatan
di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan
kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah. (benar) (28c) Mahasiswa yang
terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia menerima
uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia menerima
uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pemaparan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang
memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses
penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi
atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap
dalam pikiran pendengar/pembaca.
2.
Syarat-syarat kalimat efektif yaitu sebagai berikut:
a) Secara tepat mewakili pikiran
pembicara/penulisnya.
b) Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
3. Ciri-ciri
kalimat efektif yaitu sebagai berikut :
a) Koherensi
(keutuhan)
b) Kesejajaran
c) Kesejajaran
Makna
d)
Pemfokusan
e)
Penghematan
f) Variasi
g)
Kelogisan
h) Kecermatan
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan terutama dalam segi penulisan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
lebih baik lagi dalam penulisan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Soedarso, Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan
Efektif. Jakarta : Gramedia, 2000
Wahyudin. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung :
CV Regina, 2005
0 comments:
Post a Comment