Tugas
Makalah
LEKSIKON BIAS JENDER DALAM BAHASA ARAB AL-MUNAWWIR
Oleh:
1. ARSAM JAYA
2. ARIANTO PASARI SARJONO
3. JACKY WIDIANA
4. JUNIRMWAN
5. SYARIF
6. MARDIN ALI HILMAN
7. LA ARSAN
8.
IRWAN IMRAN
9.
LA ERWIN
JURUSAN SYARIAH MUAMALAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SULTAN QAIMUDDIN
(STAIN KENDARI)
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Adanya perbedaan makna
suatu bahasa yang satu dengan yang lainya menimbulkan sebuah pemikiran bahwasanya
bahasa yang memiliki makna yang sama atau telah di kembangkan berbeda dengan
bahasa yang hanya memiliki suatu nakna atau satu arti
Sejalan yang
diungkpakan oleh Whorf (Carroll 1956) bahwasanya “Latar Belakang Sistem Bahasa Dari Masing-Masing Bahasa Tidak Hanya
Membentuk Proses Untuk Berpikir ,Tetapi Juga Sedikit Membentuk Pemikiran
Seseorang Dalam Memprogram Dan Mengarahkan Pemikirannya Dalam Beraktivitas”
Kemudian diungkapkan
pula oleh pandangan (Ullman 1963: 230) “Jumlah
dan makna lingustik yang berbeda dari satu bahasa kebahasa yang lain berkaitan
erat dengan perbedaan cara pandang masyarakat penutur bahasa yang bersangkutan”
Oleh karena itu dari
kedua pandangan tersebut hal itu perlu pembahasan kembali agar sekirannya semua
pihak mengetahui tentang bias jender yang di maksud
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah
yang akan dibahasa dalam penelitian jurnal ini yang menjadi pembahasan kami
adalah Leksikon Bias Gender Dalam Kamus Bahasa Indonesia Arab Al-Munawir.Untuk
menghindari pembahasan lebih meluas lagi maka permasalahan dalam penelitian jurnal
ini dibatasi pada :
1.
Bagaimana penjelasan tentang likson bias jender ?
2.
Bagaimana cara pandang masyarakat Arab terhadap
persoalan jender ?
3.
Apa fktor-faktor yang melatar belakangi
munculnya letsiton bias jender ?
C. METODOLOGI
Metode yan
ditempuh penulis jurnal setelah kami teliti ialah sebagai berikut :
1.
Himpunan beberapa pandangan atau teori yang
berkaitan dengan leksiton suatu bahasa menjadi bias jender yang kemudian
dijadikan sebagai salah satu bahan perbandingan dalam jurnal
2.
Penelitian ataupun pemeriksaan kosakata yang ada
dalam kamus Arab Al-Munawir dengan cara membedakan suatu daerah dengan daerah
yang lain dalam memaknai suatu bahasa
D. TUJUAN
Didalam penulisan
jurnal mengenai leksiton bias jeder penulis bertujuan memberikan pemahaman tentang
perbedaan letsikon bahasa yang satu dengan bahasa yang lain pada suatu lingkup
wilayah. Serta pemahaman tentang leksiton bias jender itu sendiri
Penulis juga bertujuan
menjelaskan perbedaan cara pandang orang arab mengenai bias jender serta
faktor-faktor penyebab munculnya bias jender
BAB II
PEMBAHASAN
A.
LEKSIKON
BIAS JENDER
a. Kategori Kosakata Bias Jender Secara
Morfologis
Secara bentuk,pembagian
ranah kosakata bias jender dilakukan secara morfologis dan semantis. Secara
morfologis kosakata itu di perlakukan dengan mengklasifikasi data-data yang
menunjukkan jender feminim. Secara semantis kosakata tersebut akan di
klasifikasi sesuai jenis bias jender baik secara biologis maupun secara budaya.
a.
Kategori Kosa Kata Bias Jender secara
Morofologis
Penanda bentuk feminim
sebuah kata dalam bA ditandai dengan tiga penanda. Pertama,morfem terikat berupa surfiks (-at) atau biasanya di sebut ta ta’nis. Contoh dulakhat ‘Perempuan Berpantat
Besar’. Kedua ,morfem terikat
berupa surfiks (-a’). Dalam bA,morfem ini disebut alif mamdudah. Alif mamdudah di gambarkan dengan fonem / alif / dan
/ hamzah/ yangseblumnya di dahului bunyi fathah. Semua bentuk kata golongan ini
berpola fa’la’ dan tidak bisa
menerima nunasi (tanwin). Contoh, hadlla’
perempuan yang kecil payudaranya’. Ketiga,morfem
terikat berupa surfiks (-a). dalam bA.sufiks ini disebut alif maqsurah. Alif maksurah di sini digambarkan dengan fonem /ya/
tanpa titik dua di bawahnya yang sebelumnya didahului oleh bunyi fattah contoh bahwsa “perempuan berpantat besar”
Pengamatan lebih lanjut
mengenai persoalan morfologis ditandai dengan munculnya kata-kata mengacu pada
laki-laki dan dalam gramatiika Arab disebut harf
sahih, yaitu fonem yang tidak menimbulkan permasalahan dalam proses
morfologis .sementara itu, kata-kata yang mengacu pada perempuan hampir semua
memuat fonem yang disebut dengan harf “illah” yaitu fonem yang memunculkan
persoalan morfologis .Fakta ini
menandakan bahwa kebenaran wanita memiliki “Masalah” sementara kebenaran
laki-laki tidak demikian
b.
Kategori
Kosa Kata Bias Jender Secara Semantis
Kosa kata bias jender
secara semantis merupakan kosa kata yang dilihat dari segi arti katanya.
Maksudnya , arti kata itu berhubungan dengan klasifikasi jender secara biologis
dan secara sosial budaya. Secara biologis,semua yang berhubungan dengan anggota
tubuh perempuan atau di identikan dengan kelemahan, kelembuatan, cantik,
emosional, dan keibuan, semetara laki-laki diidentikan dengan orang yang di
anggap kuat , rasional, jantan, dan perkasa
c.
Jenis
Kosa Kata Bias Jender Secara Biologis
Jenis kosa kata
bias jender pada ranah biologis berhubungan dengan penggambaran tubuh laki-laki
dan perempuan secara umum. Karenanya, anggota tubuh ini diklasifikasi menjadi
dua, yaitu ranah, alat kelamin dan ranah payudara. Hal ini karena adanya
hubungan yang sangat erat antara alat kelamin dan payudara. Pada ranah alat
kelamin, terdapat 23 kosa kata yang
menggambarkan alat kelamin perempuan secara rinci. Hal ini mengindikasikan
bahwa masyarakat penutur bahasa arab memang sangat akrab dengannya. Dikatakan
demikian, karena pada dasarnya orang arab sangat dekat dengan kosmos semesta
raya sehingga manusia terutama alat kelamin perempuan sebagai salah satu dari
kosmos semesta merupakan salah satu hal yang dianggap penting dan berarti.
Karenanya, tidaklah terlalu mengherankan kalau banyak perlakuan tidak baik
seorang tuan laki-laki terhadap pembantu perempuannya di negara-negara Arab.
No
|
BENTUK
|
GLOOS
|
1
|
Atum
|
Wanita yang sempit kemaluannya
|
2.
|
Bazra /Matka
|
Wanita yang panjang klitoris kemaluannya
|
3.
|
Satta
|
Wanita yang daerah kemaluannya tidak berambut
|
4
|
Jamzah
|
Wanita yang busuk kemaluanya
|
5.
|
akhja
|
Wanita lembab kemaluannya
|
d.
Jenis
Kosa Kata Bias Jender Secara Sosial Budaya
Secara sosial
budaya masyarakat arab, ada perlakuan tidak seimbang antara laki-laki dan
perempuan. Laki-laki dianggap orang nomor wahid dan perempuan sebagai
pelengkap. Pelengkap dalam hal ini dapat berarti ia akan digunakan ketika
dibutuhkan saja. Ketika tidak dibutuhkan, maka perannya akan diabaikan dan
tidak dianggap sama sekali. Persoalan ini juga kemampuan dalam kata bahasanya.
Kemampuan yang dibutuhkan akan digunakan dalam hal ini konteks penggunaan lebih
kepada relasi perempuan dalam hegemono
masyarakat laki-laki sebagai seorang pelacur. Disisi lain, kosa kata menunjukkan laki-laki sebagai
gigolo tidakditemukan. Pada ranah pelacuran, terdapat 21 kosa kata mengenai
perempuan pelacur. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut
No
|
BENTUK
|
GLOOS
|
1
|
Atum
|
Wanita PELACUR
|
2.
|
Bazra /Matka
|
Wanita yang panjang klitoris kemaluannya
|
3.
|
Satta
|
Wanita yang daerah kemaluannya tidak
berambut
|
4
|
Jamzah
|
Wanita yang busuk kemaluaanya
|
5.
|
akhja
|
Wanita lembab kemaluannya
|
Masih dalam
persoalan yang sama perempuan dalam masyrakat arab dianggap sebagai sosok yag
memepuyai IQ rendah bahkan karna kadar itelektualnya yagn rendah ,prilaku
kesehriannnya di angaap sangat buruk .dengan kata lain, apapun yang yang
disuarkana sosok perempuan tidak akan pernah di perhatikan mesipun yang
meyuarakan itu adalah wanita yang berpendidikan tinggi . hal ini dapat di lihat
dengan kosa kata bahasanya sebagai berikut :
No
|
Bentuk
|
Gloos
|
1
|
Syawalah
|
Wanita pandir bodoh
|
2.
|
Gativah
|
Wanita lemah akal
|
3.
|
Madsva
|
Wanita pandir bodoh
|
Disisi lain
laki-laki dilakukan sebagai sosok yang berintelektual tinggi yang ini dapat
dilihat kosa kata yang menggambarkan laki-laki sebagai sosok yang bijaksana ,
jennius, sempurna akalnya dan pandai beretorika. Singkatnya laki-laki jenius
dalam berfikir, mahir dalam berkata-kata dan arif dalam bertindak kemudian
laki-laki di jadikan sebagai tempat bertanya dan di mintai pertimbangan
perhatikan contoh berikut :
No
|
BENTUK
|
GLOOS
|
1
|
Niqab
|
Laki-laki yang genius
|
2.
|
Sabt
|
Laki-laki yang berotak cemerlang
|
3.
|
Azma
|
Laki-laki berakal
|
4
|
Abqariy
|
Laki-laki genius
|
5.
|
Rikz
|
Laki-laki bijaksana
|
Meskipun
demikian, ada juga kosa kata laki-laki yang mempunyai kadar intelek
rendah,tetapi hal itu tidak terlalu signifikan ,misalnya ,kata bal’ak “laki-laki pandir ” gaihab “laki-laki bodoh”
Fenomena kosa
kata ini menujukan bahwa peranan perempuan dalam masyarakat Arab tidak terlalu
signifikan dan bahkan mendapatkan tempat yang tidak terhormat sebagai kaum
laki-laki peranan perempuan hanya berada seputar 3 R : yaitu Dapur, Sumur dan Kasur sementara laki-laki tidak demikian.
B. Cara Pandang Masyarakat Arab Terhadap
Persoalan Jender
Adanya kosa kata bias jender
sebagaimana dijelaskan memunculnya cara pandan masyarakat Arab terhadap
persoalan jender. Diantaranya adalah ;
1. Sebagai
Jender Feminim Dan Maskulin
Konsep sigresi
terletak pada pembedaan bentuk kata masklin dan feminim yang ditandai dengan
penanda-penanda khusus harf ‘illah’.
Penanda-penanda khusus itu kemudian diklfikasi kembali menjadi satuan yang
sangat menditail, yaitu adanya bentuk masklulin dan feminim secara hakiki dan
majazi. Ini engindikasikan bahwa baha laki-laki dan permpuan ditempatkan dan
dilihat sebagai sosok yang sangat berbeda, bahkan harus dipisahkan.
2. Eksplotasi
jeder feminim
Eksplotasi kau
laki-laki terhadapkaum perempuan dalam masyarakat tampak jelas terlihat pada
penggambaran alat kelamin perempuan secara sangat rinci. Munculnya kosa kata
alat kelamin perempuan mengindikasikan bahw adanya adanya perhatian lebih kaum
laki-lki trhadap jenis kelamin perempuan. Rasa perhaatian yang lebihh itu
ternyata cenderungg kepada hal yang
negatif. Pada umumnya, sesuatu yang sangat diperhatikan akan dijaga dengan
baik, dihormati, bahkan dimuliakan. Aan tetapi hal ini tidak terjadi pada
masyarakat Arab. Perempuan itu penting sebab dapat dijadikan sebagai simbol
kesenangan.
3.
Viktimasi jender feminim
Vikitimasi kaum
laki-laki terhadap perempuan juga ditemuukan dalam kosa kata bias jender. Kaum
perempuan sering kali dijadikan korban dan kekerasan seksual.
4.
Marjinalisasi jender feminim
Dominasi kaum
laki-laki terhadap perempuan tercerminn dalamkosa kata bahasa yang menjadikan
bentuk maskulin sebagai bentuk dasar dan bentukfeminim haaruslah diberi penanda
sebagai pembeda. Penanda yang pada umumnya berbentuk sufiks ini menunjukkan
adanya indikasi usaha pemarjinalan perempuan dengan penempatkan dan menggeserkan
pada posisi kedua.
5.
Domestisasi jender feminim
Konsep domestisasi juga
sangat jelas tergambar dalam hal-hal yang berhubungan dengan urusan rumah
tangga. Seorang perempuan hanya dapat mengurus dirinya sendirii, anak dan
suami. Hal ini dapat dilihat pada kosa kata seperti muchshanah dan muttihallaqkah.
C. Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Munculnya
Leksikon Bias Jender
1.
Budaya
patriarki
Perbedaan jender yang sangat terperinci merupakan
potret kehidupan masyaraat Arab yang secara ketat yangmemmisahkan laki-laki dan perempuan dalam
segala aspek kehidupan
Kuatnaya akar budaya partiarki dalam
bahasa Arab tercermin dalam penanda feminim jeksikon bahasanya.
2.
Statifikasi
sosial
Kegemaran masyrakat arab terhadap perang melahirkan
stuktur sosial seperti bangsawan, mawali dan budak. Bangsaan adalah ruktur
tertinggi karen tergolonh kaum ningrat. Kaum bangsawan berperan sebagai
masyarakat yang sangat berpengaruh.
Kelompok mawali hanya erada satu tingkat
diatas budak. Status sosial mereka juga rendah. Meskipun demikian, mereka tetap
dianggap sebagai manusia merdeka dengan membayar beberapa kewjiban kepada
pelindungnya.
3.
Kekerabatan
Sistem kekeluargaan masyarakat Arab pra islam dan awalnya islam dibedakan
ats lima bentuk, kabilah, subkabilah, suku, keluarga luas dan keluarga
inti.Kedudukan laki-laki didalam lima kelompok masyarakat itu tetap memiliki
otoritas sentral. Segala macam hal, apapun bentuknya berada dal;am genggaman
laki-laki. Sebaliknya, perempuan berada pada posisi subordinat. Yang bertindak sebagai pemimpin dalam setiap ke;lompok masyarakat
adalah laki-laki.
BAB III
PENUTUP
Kaitan natar
bahasa dan budaya , padnangan hidup ,memang sangat erat ini seperti dua mata
rantai yang tidak bisa di pisahkan .dimana ada bahasa disitu ada budaya
.demikian pula leksikon bahasa dapat mencerminkan budaya suatu masyarakat.
Leksikon bias jender dalam bA mencermikan adanya pandangan segregasi antara
kaum lelaki dan perempuan ,upaya ekploitasi , viktimasi ,domestitasi ,dan
marginalisasi terhadapa kaum perempuan .pandangan ini tidaklah terlalu
mengherankan sebab,secara budaya, masyarakat arab masuh memegang sistem
patriarki yang sangat kuat.sebuah sistem yang memperlakukan laki-laki sebagai
‘tuhan raja’ dan perempuan sebagai selir .karena perempuan dapat dilakukan apa
saja .selain faktor patriarki,faktor pencetus lahirnya leksikon bias jender
adalah stratifikasi sosial dan faktor kekerabatan
Akhirnya
penulusuran jejak penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan
terhadap sejumlah leksikon-leksikon bahasa yang berhubungan dengan budaya